SANG KURA-KURA PENGHAYAL

          Di sebuah kerajaan, ada seekor kura-kura yang suka mengeluh. Setiap hari, tiada henti-hentinya dia menyesali hidupnya. Dia selalu membandingkan kelebihan teman-temannya dengan dirinya sendiri. Dia sama sekali tidak pernah bersyukur dengan apa yang dimilikinya. Kadang-kadang ia menyesal mengapa tubuhnya dihimpit dengan cangkang yang keras sehingga ia tidak bisa bergerak cepat seperti kijang, kelinci, kuda. Kadang-kadang ia menyesal kenapa hanya bisa berjalan merayap di tanah dan tidak bisa terbang bebas untuk melihat keindahan alam dari udara seperti burung elang, pipit, burung bangau. Kadang-kadang ia merasa menyesal karena hanya memiliki tubuh kecil sehingga tidak bisa menjadi jagoan seperti singa, badak, buaya, harimau. Kadang-kadang dia merasa menyesal kenapa dirinya tidak memiliki ekor yang panjang seperti kera sehingga bisa digunakan bergelantungan dari satu pohon ke pohon yang lain.
            Sikap kura-kura yang senantiasa mengeluh membuat teman-temannya bosan. Kura-kura kurang bersyukur dengan apa yang telah dimilikinya. Dia tidak mengetahui potensi dirinya yang sebenarnya. Akibat suka mengeluh, dia tidak bisa mengembangkan potensi dirinya yang bisa digunakan untuk merobah masa depannya sendiri. Dia lupa bahwa Tuhan menciptakan sesuatu tentu memiliki potensi, bakat dan kelebihan yang berbeda. Dia lupa bahwa setiap makhluk hidup jangan sekali-kali iri dengan kelebihan yang dimiliki makhluk hidup yang lain.
            Suatu hari, puteri raja meminta ayahandanya agar dirinya diperkenankan memelihara hewan yang akan menjadi temannya setiap hari. Dan sang puteri menginginkan agar hewan tersebut tidak bisa berjalan cepat, tidak bisa terbang dan badannya tidak boleh terlalu besar serta jinak. Akhirnya, sang raja menitahkan seluruh prajuritnya untuk mencari hewan yang dimaksud. Dan secara kebetulan akhirnya para prajurit menemukan sang kura-kura.
            Sang puteri raja senang mendapat teman seekor kura-kura. Bentuknya lucu, jalannya pelan, tidak buas, ukurannya mungil. Sepanjang hari sang puteri senantiasa bermain-main dengan sang kura-kura. Tubuh sang kura-kura yang sebelumnya kotor lalu dimandikan. Kulit cangkang kura-kura yang terkelupas disikat dan dibersihkan. Akhirnya, setelah mendapat perawatan istimewa dari sang puteri raja maka tubuh sang kura-kura nampak mengkilat dan menawan. Sang kura-kura mendapat perlakuan yang istimewa dari sang puteri raja. Makan dan minum sang kura-kura semakin terjamin. Tempat tidurnya juga khusus. Sang kura-kura merasa gembira dengan perobahan gaya hidup pada dirinya. Sekarang ia tidak perlu susah-susah mencari makan dan minum karena semua telah disiapkan oleh sang puteri. Sekarang dia tidak perlu susah-susah mencari air untuk persiapan mandi karena semua telah disediakan oleh sang puteri. Sekarang kerjanya hanya berjalan-jalan dan menemani sang puteri di dalam kamarnya saja.
             Suatu saat, sang kura-kura merasa bosan juga hidup bersama sang puteri raja. Walaupun makan, minum, tidur dan mandi cukup terjamin namun kebebasan hidupnya terkekang. Sekarang ia tidak bisa bebas bertemu teman-temannya. Sekarang ia tidak bisa menikmati hidup di alam bebas. Sekarang ia tidak bisa mandi di sungai seperti sebelum tinggal bersama sang puteri raja.
         "Uft...bosan kalau harus hidup seperti ini," kata sang kura-kura. "Aku harus mencari akal agar aku bisa keluar dari kerajaan ini." Lalu sang kura-kura berusaha mencari akal agar dirinya bisa bebas keluar dari kerajaan ini. Akhirnya, ia menemukan akal agar sang puteri raja dan para prajurit membencinya agar dia bisa diusir dan dibuang dari kerajaan.
          Dan malam itu, sang kura-kura sengaja buang hajat di kamar sang puteri. Ketika sang puteri bangun di pagi hari, dia merasa terkejut karena di kamarnya penuh dengan kotoran yang baunya tercium ke seluruh istana sang raja. Sang puteri marah-marah dan menyuruh para prajurit untuk membersihkannya. Begitu pula sang puteri memarahi sang kura-kura yang bertindak jorok di dalam kamarnya.
          "Lain kali kalau kamu ingin buang kotoran bilang dong, agar para prajurit membawamu ke tempat buang kotoran di  kerajaan !" bentak sang puteri kepada kura-kura. "Kamu tahu, aku paling tidak suka kamarku kelihatan jorok. Apalagi baunya sampai memenuhi istana raja"
          "Tapi itu memang kebiasaan hamba, sang puteri," jawab kura-kura sambil berharap sang puteri semakin marah dan mengusirnya dari kerajaan.
          "Iya, kali ini kamu saya maafkan. Dan lain kali kamu harus bilang, ya." kata sang puteri sambil mengelus-elus hewan kesayangannya. Sang kura-kura sebenarnya bosan dengan perlakuan sang puteri kepadanya sebab semakin sang puteri menyayanginya maka peluang untuk keluar dari kerajaan akan semakin kecil.
           Oleh karena itu pada keesokan harinya, sang kura-kura kembali ingin melaksanakan rencananya agar bisa keluar dari kerajaan. Dia kembali berpura-pura akan buang kotoran di kamar sang puteri.
          "Sang puteri....saya sudah tidak tahan nih!" seru sang kura-kura.
           Sang puteri terbangun, dan dia cepat-cepat memanggil para prajurit untuk membawa sang kura-kura keluar kamarnya.
           "Tapi, tuan puteri untuk kali ini bau kotoranku akan semakin bau dari yang kemarin, " kata kura-kura. "Aku takut seluruh istana akan merasakan bau kotoranku."
           "Lalu bagaimana ini, kura-kura ?" tanya sang puteri nampak kalut dan bingung.
           "Begini saja sang puteri, ijinkan aku buang kotoran di pinggir sungai yang jauh dari kerajaan ini, sehingga istana terhindar dari aroma dan  bau dari kotoranku."
           "Lalu bagaimana agar kamu bisa cepat sampai ke sana?"
           "Lho. di kerajaan ini khan ada burung rajawali. Biarlah dia yang akan mengantar saya kesana dengan cepat." kata kura-kura.
          "Hah, bagaimana caranya? Apakah burung rajawali harus mencakar tubuhmu? Wah aku tidak mau bila tubuhmu sampai terluka. Aku tidak setuju bila dengan cara seperti itu."
          "Jangan khawatir sang puteri, tidak seperti itu caranya. Aku juga tidak mau apabila tubuhku dicengkeram oleh kuku-kuku rajawali yang runcing itu. Namun, kedua kaki sang rajawali harus mencengkeram sebatang tongkat dan aku akan bergelayutan dengan cara menggigit tongkat yang dibawanya. Nah dengan cara begitu aku akan bisa mencapai pinggir sungai dengan cepat dan tubuhku aman dari cengkeraman kaki-kaki rajawali. Bagaimana, sang puteri?"

          Sang puteri tersenyum mendengar ide sang kura-kura yang cemerlang itu. Akhirnya ia menyetujuinya. Dan seluruh prajurit kerajaan diperintahkan sang puteri untuk mempersiapkan keperluan rencana sang kura-kura. Dan tidak berapa lama, seluruh persiapan telah selesai. Dan sang kura-kura telah menggigit tongkat yang dibawa rajawali. Lalu dalam sekali kepakan sayap saja sang rajawali telah mengudara di angkara. Sang kura-kura merasa senang karena rencananya berhasil. Dia akhirnya bisa keluar dari lingkungan kerajaan yang membosankan. Ia ingin hidup bebas seperti dulu lagi. Ia ingin bisa terbang bebas seperti rajawali yang membawanya. Dan untuk merayakan kegembiraan bisa keluar dari kerajaan dan berpisah dengan sang puteri raja, maka sang kura-kura melambaikan tangan kepada sang puteri sambil berteriak "Daaaaaaaaaaaaaaaaaaaa......."
Sang kura-kura lupa bahwa saat ini tubuhnya berada di angkasa bersama rajawali. Dan sejak tadi mulutnya senantiasa menggigit tongkat yang dibawa rajawali agar tubuhnya tidak terjatuh saat berada di angkasa. Namun, karena kecerobohannya sendiri yang ingin meluapkan kegembiraan bisa berpisah dengan sang puteri maka tanpa sadar mulutnya terbuka. Saat mulutnya terbuka maka tubuhnya terlepas dari tongkat rajawali, lalu tubuhnya meluncur kebawah dengan cepat dan jatuh ke atas permukaan tanah. Goncangan yang keras pada tubuhnya akhirnya membuat tubuh kura-kura luka parah dan akhirnya mati.



tamat


moral cerita : Bersyukurlah terhadap apa apa-apa yang telah dianugerahkan Allah Swt kepadamu, niscaya
                     Allah Swt akan menambah berkah rasa syukurmu. Namun, bila kita mengingkari dan
                      tidak punya rasa terima kasih dan memanfaatkan potensi yang dianugerahkan Allah Swt
                      maka azab-Nya sanat pedih.

Belum ada Komentar untuk "SANG KURA-KURA PENGHAYAL"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel