Model Pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)
Rabu, 15 Maret 2017
Tulis Komentar
Jejak Pendidikan- Istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur atau sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan berikut saran. Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata model memiliki arti pola (contoh acuan , ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.
Kata pembelajaran adalah terjemahan dari kata “instruction” yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif-wholistik yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media, gambar, audio, dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses
Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Apabila antar pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut model pembelajaran.
model pembelajaran AIR mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis. Model pengajaran ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan Auditory, Intellectually dan Repetition sehingga dapat meningkatkan penguasaan dan pengetahuan faktual siswa. Pencapaiannya dapat dilihat dari hasil pembelajaran yang dilakukan siswa, yaitu tentang penguasaan isi akademik.
Model ini memiliki empat langkah atau tahapan, yaitu kegiatan pendahuluan, pengembangan (penjelasan dan atau demonstrasi, panduan praktek, umpan balik), penerapan dan kegiatan penutup.
Menurut Dedi Rohendi, Heri Sutarno, Lies Puji Lestari( dalam portal junal universitas pendidikan indonesia volume 4 no 1 Juni 2011) Auditory Intellectually Repetition ( AIR ) adalah model pembelajaran dimana guru sebagai fasilitator dan siswalah yang lebih aktif.
Model pembelajaran ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan Auditory Intellectually dan Repetition. Dimana Auditory berati bahwa belajar haruslah melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi. Intellectually berarti bahwa belajar dengan menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, memecahkan masalah dan menerapkan. Sedangkan Repetition adalah pengulangan yang berarti pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis. Dalam model pembelajaran ini siswa ditempatkan sebagai pusat perhatian utama dalam kegiatan pembelajaran melalui tahapan-tahapannya, siswa diberikan kesempatan secara aktif membangun sendiri pengetahuannya secara pribadi maupun kelompok.
Di samping itu, guru yang menggunakan model pembelajaran ini bertanggung jawab penuh dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran, struktur materi, dan keterampilan dasar yang akan diajarkan. Kemudian menyampaikan pengetahuan kepada siswa, memberikan pemodelan atau demonstrasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari, dan memberikan umpan balik.
Pembelajaran dengan Auditory Intellectually Repetition harus diintegrasikkan sedemikian rupa sehingga nantinya akan tercipta lingkungan belajar yang kondusif dan menyenangkan. Istilah AIR diambil dari kependekan unsur-unsurnya yaitu Auditory, Intellectually dan Repetition. Adapun penjelasan mengenai unsur-unsur AIR adalah sebagai berikut :
a. Auditory
berarti belajar dengan melibatkan pendengaran. Sebagian besar proses interaksi dalam pembelajaran, baik interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa dilakukan dengan komunikasi yang melibatkan indera telinga. Mendengar merupakan salah satu aktivitas belajar, karena informasi yang disampaikan secara lisan oleh guru tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa jika tidak melibatkan indera telinganya untuk mendengar. Meier menyatakan bahwa “pikiran auditori kita lebih kuat dari pada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak kita menjadi aktif.”
Untuk menciptakan model pembelajaran auditory guru sebaiknya melakukan hal-hal sebagai berikut :
berarti belajar dengan melibatkan pendengaran. Sebagian besar proses interaksi dalam pembelajaran, baik interaksi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa dilakukan dengan komunikasi yang melibatkan indera telinga. Mendengar merupakan salah satu aktivitas belajar, karena informasi yang disampaikan secara lisan oleh guru tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa jika tidak melibatkan indera telinganya untuk mendengar. Meier menyatakan bahwa “pikiran auditori kita lebih kuat dari pada yang kita sadari. Telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara, beberapa area penting di otak kita menjadi aktif.”
Untuk menciptakan model pembelajaran auditory guru sebaiknya melakukan hal-hal sebagai berikut :
- Melaksanakan diskusi kelas atau debat
- Meminta peserta didik untuk presentasi
- Meminta peserta didik untuk membaca teks dengan keras
- Meminta siswa untuk mendiskusikan ide mereka secara verbal
- Melaksanakan belajar kelompok.
b. Intellectualy
Kata intellectualy berasal dari kata Intellectual yang berarti cerdik, pandai. Dalam Bahasa Indonesia, intelektual berarti totalitas pengertian atau kesadaran, terutama yang menyangkut pemikiran dan pemahaman.17
Menurut Dave Meier (2003 : 99) intellectualy menunjukkan apa yang dilakukan pembelajaran dalam pemikiran suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Pengulangan dapat diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu atau setelah tiap unit diberikan, maupun ketika dianggap perlu pengulangan. Intellectualy juga bermakna belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (mind-on), haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. Intellectualy berarti belajar dengan berpikir untuk menyelesaikan masalah. Intellectualy menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam .
c. Repetition
Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis. Bila guru menjelaskan suatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang. Karena ingatan siswa tidak selalu tetap dan mudah lupa, maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang dijelaskan. Pelajaran yang diulang akan memberikan tanggapan yang jelas, dan tidak mudah dilupakan, sehingga dapat digunakan oleh siswa untuk memecahkan masalah. Ulangan dapat diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu, atau setelah tiap unit diberikan, maupun secara insidentil jika dianggap perlu (Slameto dalam Panjaitan, 2012: 11). Menurut Suherman (2003) menjelaskan bahwa, “Pengulangan yang akan memberikan dampak positif adalah pengulangan yang tidak membosankan dan disajikan dalam metode yang menarik”.
Menurut Herdian (Panjaitan, 2012: 11) mengemukakan bahwa, Ada beberapa jenis kegiatan yang dilakukan dalam Auditory Intellectually Repetion (AIR) pada matematika, yaitu sebagai berikut.
1) Membentuk pembelajaran kelompok dan diskusi
Pada kegiatan ini siswa dapat saling menukar informasi yang didapatnya dan siswa dapat mengeluarkan ide mereka secara verbal atau guru mengajak siswa membicarakan tentang apa yang dipelajari, diantaranya menterjemahkan pengalaman mereka dengan suara, mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, dan sebagainya sehingga mereka akan melahirkan gagasan yang kreatif.
2) Memecahkan masalah
Pada kegiatan ini ada beberapa hal yang dilakukan siswa dalam mengerjakan perencanaan strategis untuk menyelesaikan soal, yaitu mencari dan menyaring informasi, merumuskan pertanyaan, membuat model dan menyelesaikan soal dengan menerapkan seluruh gagasan pada pekerjaan.
3) Melakukan presentasi
Pada kegiatan ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaan yang telah mereka diskusikan tadi. Siswa diharapkan dapat memikirkan bagaimana cara mereka untuk menerapkan informasi dalam presentasi tersebut sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah. Kemudian siswa yang lain menanggapi hasil diskusi kelompok lain sehingga terjadi diskusi antar seluruh siswa dan guru akan membantu jika siswa mengalami kesulitan.
4) Melakukan repetisi
Pada kegiatan ini guru melakukan repetisi kepada seluruh siswa tetapi bukan secara berkelompok melainkan secara individu. Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.
Setiap model
c. Repetition
Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis. Bila guru menjelaskan suatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang. Karena ingatan siswa tidak selalu tetap dan mudah lupa, maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang dijelaskan. Pelajaran yang diulang akan memberikan tanggapan yang jelas, dan tidak mudah dilupakan, sehingga dapat digunakan oleh siswa untuk memecahkan masalah. Ulangan dapat diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu, atau setelah tiap unit diberikan, maupun secara insidentil jika dianggap perlu (Slameto dalam Panjaitan, 2012: 11). Menurut Suherman (2003) menjelaskan bahwa, “Pengulangan yang akan memberikan dampak positif adalah pengulangan yang tidak membosankan dan disajikan dalam metode yang menarik”.
Menurut Herdian (Panjaitan, 2012: 11) mengemukakan bahwa, Ada beberapa jenis kegiatan yang dilakukan dalam Auditory Intellectually Repetion (AIR) pada matematika, yaitu sebagai berikut.
1) Membentuk pembelajaran kelompok dan diskusi
Pada kegiatan ini siswa dapat saling menukar informasi yang didapatnya dan siswa dapat mengeluarkan ide mereka secara verbal atau guru mengajak siswa membicarakan tentang apa yang dipelajari, diantaranya menterjemahkan pengalaman mereka dengan suara, mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, dan sebagainya sehingga mereka akan melahirkan gagasan yang kreatif.
2) Memecahkan masalah
Pada kegiatan ini ada beberapa hal yang dilakukan siswa dalam mengerjakan perencanaan strategis untuk menyelesaikan soal, yaitu mencari dan menyaring informasi, merumuskan pertanyaan, membuat model dan menyelesaikan soal dengan menerapkan seluruh gagasan pada pekerjaan.
3) Melakukan presentasi
Pada kegiatan ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaan yang telah mereka diskusikan tadi. Siswa diharapkan dapat memikirkan bagaimana cara mereka untuk menerapkan informasi dalam presentasi tersebut sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah. Kemudian siswa yang lain menanggapi hasil diskusi kelompok lain sehingga terjadi diskusi antar seluruh siswa dan guru akan membantu jika siswa mengalami kesulitan.
4) Melakukan repetisi
Pada kegiatan ini guru melakukan repetisi kepada seluruh siswa tetapi bukan secara berkelompok melainkan secara individu. Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.
Setiap model
Kelebihan Model Pembelajaran AIR (Auditory,Intellectualy, Repetition)
- Peserta didik lebih berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan idenya.
- Peserta didik memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan secara komprehensif.
- Peserta didik dengan kemampuan rendah dapat merespons permasalahan dengan cara mereka sendiri.
- Peserta didik secara instrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau penjelasan.
- Peserta didik memiliki pengalaman banyak untuk menemukan sesuatu dalam menjawab permasalahan.
Kekurangan Model Pembelajaran AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)
- Membuat dan menyiapkan masalah yang bermakna bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah. Upaya memperkecilnya guru harus mempunyai persiapan yang lebih matang sehingga dapat menemukan masalah tersebut.
- Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami peserta didik sangat sulit sehingga banyak peserta didik yang mengalami kesulitan bagaimana merespons permasalahan yang diberikan.
- Peserta didik dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau mencemaskan jawaban mereka.
sumber:
Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikkulum 2013, (Yogyakarta : Ar-Ruuz Media, 2016).
Belum ada Komentar untuk "Model Pembelajaran Auditory, Intellectualy, Repetition (AIR)"
Posting Komentar