Kejayaan Peradaban Turki Usmani

Pendahuluan
Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan dari tentara mongol, kekuatan politik Islam juga mengalami kemunduran-kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya juga tercabik-cabik menjadi beberapa kerajaan kecil dan antara yang satu dengan yang lainnya saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan. Namun kemalangan tidak berhenti sampai disitu. Timur Lenk (Timur si Pincang) dari Uzbekistan, juga menghancurkan pusat-pusat kekuasaan Islam yang lain.

Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu: Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi diPersia. Kerajaan Usmani di Turki merupakan kerajaan yang pertama berdiri, dan juga yang terbesar dan paling lama bertahan di banding dua kerajaan lain yaitu Mughal dan Safawi. Kerajaan Turki Usmani inilah yang menjadi sebuah pioner dalam perkembangan dunia Islam pada massanya dan juga kehancurannya menjadi sebuah pembuka masuknya era industrialisasi ke dunia Islam.

Pembahasan
A. Kejayaan Peradaban Turki Usmani
Pada awalnya kerajaan Turki Usmanihanya memiliki wilayah yang sangat kecil, namun dengan adanya dukungan militer, tidak beberapa lama Turki Usmani menjadi kerajaan yang besar bertahan dalam kurun waktu yang lama.

Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki Usmani yang demikian luas dan berlangsung cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang –bidang kehidupan yang lain, diantaranya sebagai berikut:

  1. Bidang Kemiliteran
Para pemimpin kerajaan Turki Usmani adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Namun, kerajaan Turki Usmani mencapai masa keemasannya bukan semata-mata karena keunggulan politik para pemimpinnya. Akan tetapi yang terpenting diantaranya adalah keberanian, ketrampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanngup bertempur kapan saja dan dimana saja.

Orkhan pemimpin Turki Usmani yang pertama kali mengorganisasi kekuatan militer dengan baik serta taktik dan strategi tempur yang teratur. Pada periode ini tentara Islam pertama kali masuk ke Eropa. 


Orkhan berhasil mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama tentara. Pertama, tentara Sipahi (tentara reguler)yang mendapatkan gaji tiap bulannya. Kedua, tentara Hazeb (tentara ireguler)yang di gaji pada saat mendapatkan harta rampasan perang (Mal al-Ghanimah). Ketiga, tentara Jenissary atau Inkisyariyah (tentara yang direkrut pada saat berumur 12 tahun, kebanyakan adalah anak-anak Kristen yang dibimbing Islam dengan disiplin yang kuat). Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Turki Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri non muslim.

Orkhan juga membenahi angkatan laut karena ia mempunyai peranan yang besar dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani. Pada abad ke-16, angkatan laut Turki Usmani mencapai puncak kejayaan, karena dengan cepat dapat menguasai wilayah yang amat luas baik di Asia, Afrika, maupun Eropa.

Faktor utama yang mendorong kemajuan di lapangan kemiliteran ini adalah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan. Yang mana tabiat ini merupakan tabiat yang mereka warisi dari nenek moyangnya di Asia Tengah.

  1. Bidang Pemerintahan
Suksesnya Ekspansi Turki Usmani selain karena ketangguhan tentaranya juga dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola wilayah yang luas para raja-raja Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi. Dibantu oleh shadr al-a’zham (perdana menteri) yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. di bawahnya terdapat beberapa orang al-Zanaziq atau ‘Alawiyah (bupati).

Contohnya, ketika Turki Usmani dipimpin oleh Murad II. Beliau adalah seorang penguasa yang saleh dan dicintai rakyatnya, ia juga seorang yang sabar, cerdas, berjiwa besar, dan ahli ketatanegaraan. Bahkan Murad II banyak mendapat pujian dari sejarawan barat.


Selain itu, di masa pemerintahan Sultan Sulaiman I untuk mengatur urusan pemerintahan negara disusun sebuah kitab undang-undang (Qanun) yang diberi nama Multaqa al-Abhur yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani.

  1. Bidang Ilmu Pengetahuan
Turki Usmani merupakan bangsa yang berdarah militer, sehingga lebih banyak memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran. Sementara dalam bidang ilmu pengetahuan tidaklah begitu menonjol. Karena itulah dalam khazanah intelektual Islam kita tidak menemukan ilmuwan terkemuka dari Turki Usmani.

Namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah. Seperti masjid Al-Muhammadi atau masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, masjid Agung Sulaiman, dan masjid Abi Ayyub Al-Anshari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah. 

Ada salah satu masjid yang terkenal keindahan kaligrafinya adalah masjid yang asalnya Gereja Aya Sopia. Yang mana hiasan kaligrafi itu dijadikan penutup gambar Kristiani yang ada sebelumnya.

Selain itu, pada masa sultan Sulaiman I di kota-kota besar dan kota-kota lainnya banyak di bangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa, dan pemandian umum.

  1. Bidang Budaya
Pengaruh dari ekspansi wilayah Turki Usmani yang sangat luas, sehingga kebudayaannya merupakan perpaduan macam-macam kebudayaan. Diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab.

Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja. Dari Bizantium, organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap. Sedangkan dari Arab, mereka banyak menyerap ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial kemasyarakatan, keilmuan, dan bahasa/huruf.

Orang-orang Turki Usmani memang terkenal sebagai bangsa yang suka dan mudah berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar.

  1. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki Usmani mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku.

Pada masa pemerintahan Sulaiman al-Qanuni rakyat muslim diwajibkan harus sholat lima kali dan berpuasa di bulan Ramadhan. Jika ada yang melanggar tidak hanya dikenai denda namun juga sanksi badan. Sehingga sultan Sulaiman al-Qanuni bukan hanya sultan yang paling terkenal di kalangan Turki Usmani, akan tetapi pada awal ke 16 beliau adalah kepala negara yang paling terkenal di dunia. Beliau seorang penguasa yang shaleh, dan juga berhasil menerjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa Turki.


Bahkan pada saat Eropa terjadi pertentangan antara katolik, mereka diberi kebebasan dalam memilih agama dan diberikan tempat di Turki Usmani. Bahkan Lord Cerssay mengatakan, bahwa pada zaman dimana dikenal ketidakadilan dan kedzaliman Katolik Roma dan Protestan, maka Sultan Sulaiman yang paling adil dengan rakyatnya meskipun ada yang tidak beragama Islam.

Di kerajaan Turki Usmani Tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling terkenal ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedua Tarekat banyak dianut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh yang sangat dominan di kalangan Jenissary, sehingga mereka sering disebut dengan tentara Bektasyi. Sementara tentara Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissary Bektasyi.


Di lain pihak, kajian-kajian ilmu keagamaan seperti: Fiqh, ilmu kalam, Tafsir, dan Hadist boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung untuk menegakkan satu paham (Madzab) keagamaan dan menekan Madzab lainnya. Contoh Sultan Abd Al-Hamid II begitu fanatik terhadap aliran Ash-‘Ariyah. Akibat kelesuan di bidang ilmu keagamaan dan fanatik yang berlebihan, maka ijtihad tidak berkembang.

B. Kemunduran dan Kejatuhan Turki Usmani
Kerajaan Turki Usmani banyak berjasa terutama dalam perluasan wilayah kekuasaan Islam ke benua Eropa. Ekspansi kerajaan Turki Usmani untuk pertama kalinya lebih ditujukan ke Eropa Timur yang belum masuk dalam wilayah kekuasaan dan agama Islam. Akan tetapi, karena dalam bidang peradaban dan kebudayaan (kecuali dalam hal-hal yang bersifat fisik) berkembangnya jauh berada di bawah kemajuan politik. Sehingga bukan saja negeri-negeri yang sudah ditaklukkan akhirnya melepaskan diri dari kekuasaan pusat, tetapi masyarakatnya juga tidak banyak lagi yang memeluk agama Islam.

Proses kemunduran hingga kejatuhan kerajaan Turki Usmani berlangsung sangat lama kurang lebih tiga abad, yakni mulai berakhirnya masa Sulaiman II al-Qanuni (1520 M) hingga masa kejatuhannya (1924 M).


Kemajuan-kemajuan Eropa dalam teknologi militer dan industri perang membuat kerajaan Usmani menjadi kecil di hadapan Eropa. Akan tetapi, nama besar Turki Usmani masih membuat Eropa barat segan untuk menyerang atau mengalahkan wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan Turki Usmani.

Namun, kekalahan besar Turki Usmani dalam menghadapi serangan Eropa di Wina tahun 1683 M membuka mata barat bahwa Turki Usmani telah mundur jauh sekali. Sejak itulah kerajaan Turki Usmani mendapat serangan-serangan besar dari Barat.

Sejak kekalahan dalam pertempuran di Wina, Turki Usmani juga menyadari akan kemundurannya dan kemajuan barat. Usaha-usaha pembaharuan mulai dilakukan dengan cara mengirim duta-duta ke negara-negara Eropa terutama Prancis untuk mempelajari suasana kemajuan di sana dari dekat. Seperti kemajuan teknik, organisasi angkatan perang modern, dan kemajuan lembaga-lembaga sosial lainnya. 

Hal itu mendorong Sultan Ahmad III (1703 M) untuk memulai pembaharuan di kerajaannya. Sebagai bentuk konkret pada masa kekuasaannya didatangkan ahli-ahli militer dari Eropa untuk tujuan pembaharuan militer dalam kerajaan Turki Usmani. Pada tahun 1734 M untuk pertama kalinya Sekolah Teknik Militer dibuka.

Usaha pembaharuan dilakukan tidak terbatas dalam bidang militer saja. Dalam bidang-bidang yang lain juga dilaksanakan pembaharuan. Seperti pembukaan percetakan di Istambul pada tahun 1727 M, untuk kepentingan kemajuan ilmu pengetahuan. Demikian juga gerakan penerjemahan buku-buku Eropa ke dalam bahasa Turki.

Meskipun demikian, usaha-usaha pembaharuan itu bukan saja gagal menahan kemunduran kerajaan Turki Usmani yang terus mengalami kemerosotan, tetapi juga tidak membawa hasil yang diharapkan. Penyebab kegagalan itu terutama adalah kelemahan raja-raja Turki Usmani karena wewenangnya sudah mulai menurun. Di samping itu, keuangan negara yang terus mengalami kebangkrutan sehingga tidak mampu menunjang usaha pembaharuan.


Faktor terpenting lainnya yaitu karena ulama’ dan tentara Jenissary yang sejak abad 17 M menguasai suasana politik kerajaan Turki Usmani menolak usaha pembaharuan itu. Dengan demikian, kerajaan Turki Usmani terus saja mendekati jurang kehancurannya, sementara Barat yang menjadi ancamannya semakin besar.

Usaha Turki Usmani baru mengalami kemajuan setelah penghalang utama, yaitu tentara Jenissary dibubarkan oleh Sultan Mahmud II pada tahun 1826 M. Struktur kekuasaan kerajaan dirombak, lembaga-lembaga pendidikan modern didirikan, buku-buku barat diterjemahkan ke dalam bahasa Turki, siswa-siswi berbakat dikirim ke Eropa untuk belajar, dan yang terpenting sekali adalah sekolah-sekolah yang berhubungan dengan kemiliteran didirikan.

Bidang militer inilah yang utama dan pertama mendapat perhatian. Akan tetapi, meski banyak mendatangkan kemajuan, hasil gerakan pembaharuan tetap tidak berhasil menghentikan gerak maju barat ke dunia Islam di abad ke 19 M. Selama abad ke 18 M barat menyerang ujung garis medan pertempuran Islam di Eropa Timur, wilayah kekuasaan kerajaan Turki Usmani. Akhir dari serangan-serangan itu adalah ditandatanganinya perjanjian San Stefano (Maret 1878 M) dan perjanjian Berlin (Juni-Juli 1878 M) antara kerajaan Turki Usmani dan Rusia. Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan Turki di Eropa. Sementara kebanyakan daerah berpenduduk mayoritas Muslim di Timur Tengah pada abad berikutnya mulai diduduki bangsa Eropa.

Di samping itu, gerakan pembaharuan justru mengancam kekuasaan para Sultan yang absolut, karena para pejuang Turki Usmani melihat bahwa kelemahan Turki terletak pada keabsolutan Sultan itu. Mereka ingin membatasi kekuasaan Sultan dengan membentuk konstitusi, sehingga lahir gerakan tanzimat, Usmani Muda, Turki Muda, dan partai persatuan dan kemajuan.


Ketika perang Dunia I meletus, Turki Usmani bergabung dengan Jerman dan kemudian mengalami kekalahan. Akibatnya kekuasaan Turki Usmani semakin ambruk. Partai persatuan dan kemajuan memberontak kepada sultan dan dapat menghapuskan kekhalifahan Usmani pada tahun 1922 M, kemudian membentuk Turki Modern pada tahun 1924 M. Dengan demikian, kesatuan politik dalam kerajaan Turki Usmani sejak bergeloranya gerakan pembaharuan justru tidak stabil. Terutama karena para sultan tidak mampu mengakomodasi pemikiran yang berkembang di kalangan pemimpin bangsanya. Terkecuali itu, peperangan-peperangan melawan barat di Eropa Timur terus berkecamuk, memakan, dan menguras tenaga serta berakhir dengan kekalahan di pihak Turki Usmani.

Di pihak lain, satu demi satu daerah-daerah di Asia dan Afrika yang sebelumnya dikuasai Turki Usmani, melepaskan diri dari Konstantinopel.


Selain itu, periode kemunduran Turki Usmani di mulai saat terjadinya perjanjian Carltouiz (26 Januari 1699 M) antara Turki Usmani Australia, Rusia, Polandia, Vanesia, dan Inggris. Yang mana isi perjanjian tersebut diantaranya adalah Australia dan Turki Usmani terikat perjanjian selama 25 tahun dan mengatakan seluruh Honigaria (merupakan wilayah kekuasaan Turki Usmani) kecuali Traslvonia dan kota barat diserahkan sepenuhnya pada Australia. Sementara wilayah Camanik dan Podolia diserahkan kepada Polandia. Sedangkan Rusia memperoleh wilayah-wilayah di sekitar Laut Azov. Sementara itu, Venesia dengan diserahkannya Athena kepada Turki Usmani menjadi penguasa di seluruh Valmartia dan Maria. Dengan demikian perjanjian Carltouiz ini melumpuhkan Turki Usmani, sehingga menjadi negara yang kecil.

Kerajaan Turki Usmani berakhir dengan berdirinya Republik Turki pada tahun 1923 M presiden yang diangkat adalah Musthafa Kemal At-Tatuk.
Kemunduran kerajaan Turki Usmani diantaranya ditandai dengan beberapa hal, sebagai berikut:

  • Melemahnya semangat prajurit Turki Usmani hingga menyebabkan berbagai serangan yang dilancarkan musuh untuk merebut wilayah kekuasaan Turki Usmani. Misalnya, pasukan Turki Usmani menderita kekalahan dari serangan pasukan gabungan armada Spanyol, Bandulia, dan armada Sri Paus pada tahun 1663 M.
  • Dengan menyadari akan kelemahan-kelemahan Turki Usmani, mulailah sebagian wilayah di timur mengadakan pemberontakan untuk melepaskan diri dari kekhilafahan Usmani. Misal, di Mesir Yenissary bersekutu dengan dinasti Mamalik melancarkan pemberontakan, dan sejak 1772 M dinasti Mamalik berhasil menguasai Mesir hingga datangnya Napoleon pada 1789 M.

Adapun kemunduran Turki Usmani tersebut di atas disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

  1. Luasnya wilayah kekuasaan Turki Usmani yang akhirnya tidak mampu dikendalikan dari pusat, karena sistem pemerintahan tidak lagi efektif seperti masa-masa sebelumnya.
  2. Pemberontakan berkali-kali yang dilakukan oleh pasukan Jenissary.
  3. Penguasa yang tidak cakap setelah khalifah Sulaiman II al-Qanuni, menimbulkan perselisihan dan pembunuhan di lingkungan istana.
  4. Akibat kekalahan yang diderita Turki Usmani dalam sejumlah peperangan mengakibatkan perekonomian semakin terpuruk dari waktu ke waktu.
  5. Ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya yang berkaitan dengan kebutuhan perkembangan militer tidak terlalu berkembang.
  6. Tumbuhnya gerakan Nasionalisme. Meski pada akhirnya Turki Usmani jatuh, akan tetapi yang jelas telah banyak memberikan sumbangan kepada dunia termasuk perjuangan Islam. Turki Usmani merupakan kekhilafahan Islam yang paling berhasil menjaga politik Islam dan paling bertahan dari serangan peradaban Barat ke dunia Islam. Di kalangan negara-negara Eropa kekuatan Islam pernah dikenal dan disegani karena andil Turki Usmani di masa kejayaannya.

KESIMPULAN
Kerajaan Turki Usmani pada awalnya hanya memiliki wilayah yang sangat kecil, namun dengan adanya dukungan militer, tidak beberapa lama Turki Usmani menjadi kerajaan yang besar bertahan dalam kurun waktu yang lama.
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Turki Usmani yang demikian luas dan berlangsung cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang –bidang kehidupan yang lain, diantaranya sebagai berikut


  1. Bidang Kemiliteran
  2. Bidang Pemerintahan
  3. Bidang Ilmu Pengetahuan
  4. Bidang Budaya
  5. Bidang Keagamaan

Puncak kejayaan Turki Usmani terjadi pada masa kekuasaan Sulaiman al-Qanuni. Beliau raja yang sangat terkenal di dunia dan juga penguasa yang Shaleh.

Sedangkan periode kemundurannya dimulai karena terjadinya perjanjian Carltouiz (26 Januari 1699) antara Turki Usmani dengan Australia, Polandia, Venesia, dan Inggris.

Belum ada Komentar untuk "Kejayaan Peradaban Turki Usmani"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel